Fobia
adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada suatu hal atau fenomena. Fobia ini
tentu saja sangat mengganggu kegiatan sosialisasi kita sehari – hari. Bagi
sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap fobia sulit untuk dimengerti, ini
membuat sang penderita menjadi bulan – bulanan orang di sekitarnya. Ada
perbedaan “bahasa” yang digunakan oleh si pengidap dan si pengamat fobia.
Pengamat fobia biasanya menggunakan bahasa logika sedangkan pengidap fobia
lebih dominan menggunakan bahasa rasa. Misalnya saja, lucu bagi seorang
pengamat bila ada seseorang berbadan besar takut pada hewan kecil seperti tikus
atau kecoa. Sedangkan bagi pengidap fobia dalam pandangannya hal itu menjadi
sangat besar, berwarna, dan sangat menjijikkan ataupun menakutkan.
Walaupun ada banyak jenis fobia tapi
pada dasarnya fobia – fobia tersebut merupakan bagian dari 3 jenis fobia, yang
menurut buku DSM-IV (Diagnostic and Statistical
Manual for Mental Disorder IV) ketiga jenis phobia itu
adalah:
1. Fobia sederhana atau spesifik (fobia
terhadap suatu objek atau keadaan tertentu) seperti pada binatang,
tempat tertutup, dan ketinggian.
2. Fobia social (fobia terhadap
suatu pemaparan social) seperti takut menjadi pusat perhatian, biasanya orang –
orang yang menghindari tempat ramai.
3. Fobia kompleks
(fobia terhadap tempat atau situasi yang ramai dan terbuka misalnya di pasar
atau mall, biasanya ini adalah orang – orang yang takut keluar rumah.
Fobia dapat disebabkan oleh bermacam
hal. Pada umumnya fobia disebabkan karena pernah menglami rasa ketakutan yang
hebat atau pengalaman pribadi yang disertai rasa malu atau bersalah yang
semuanya ditekan kedalam alam bawah sadar atau hanya disimpan dalam hati dan
tidak diceritakan pada orang lain. Sebagian besar peristiwa traumatis pada masa
kecil merupakan penyebab utama timbulnya fobia.
Menurut penelitian yang dilakukan
oleh para ahli fobia terkadang dapat disebabkan oleh faktor keturunan,
lingkungan, dan budaya. Pertumbuhan mobilisasi yang meningkat drastis seiring
berkembangnya zaman tidak dibarengi dengan sosialisasi dalam lingkungan
masyarakat yang memadai, sehingga perkembangan anak tidak terawasi, hingga
acapkali terjadi peristiwa yang tidak
diinginkan tanpa sepengetahuan orang tua.
Ketika seseorang berada dalam
situasi atau bertemu dengan hal yang membuat fobianya kambuh, dapat memunculkan
gejala – gejala seperti jantung berdebar kencang, kesulitan mengatur napas,
dada terasa sakit, wajah memerah dan berkeringat, merasa sakit, gemetar,
pusing, mulut terasa kering, merasa perlu ke toilet, merasa lelah dan akhirnya pingsan.
Tentu ini sangat menyusahkan bila terjadi pada waktu – waktu yang tidak tepat,
misalnya pada acara – acara penting tidak lucu bila kita pingsan hanya karena
bertemu dengan seekor kecoa.
Biasanya penyembuhan fobia dilakukan
dengan cara terapi, ada dua jenis terapi yang dilakukan untuk penyembuhan
fobia, yaitu terapi bicara dan terapi pemaparan diri.Jenis terapi bicara yang
bisa digunakan adalah konseling, psikoterapi, dan terapi perilaku kognitif.
Dalam konsenling biasanya konselor akan mendengarkan permasalah seseorang,
seperti ketakutannya saat berhadapan dengan situasi atau barang yang membuatnya
fobia. Setelah itu konselor akan memberitahu cara untuk mengatasinya.
Pada terapai psikoterapi,
psikoterapis akan melakukan pendekatan secara mendalam untuk menemukan penyebab
fobia dan memberikasn saran bagaimana cara – cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasinya. Sedangkan untuk terapi perilaku kognitif adalah suatu konseling
yang akan menggali pikiran, perasaan dan perilaku seseorang dalam rangka
mengembangkan cara – cara praktis yang efektif untuk melawan fobia.
Terapi kedua yaitu terapi pemaparan
diri. Orang yamg mengalami fobia sederhana bisa
diobati dengan menggunakan bentuk terapi perilaku yang dikenal dengan terapi
pemaparan diri. Terapi ini dilakukan secara bertahap selama periode waktu
tertentu dengan melibatkan objek atau situasi yang membuatnya takut. Secara
perlahan-lahan seseorang akan mulai merasa tidak cemas atau takut lagi terhadap
hal tersebut. Kadang-kadang dikombinasikan dengan pengobatan dan terapi
perilaku.
Selain
kedua terapi diatas ada satu pengobatan lagi yang digunakan agar penyembuhan
fobia bisa berhasil total yaitu pengobatan menggunakan obat – obatan medis.
Obat – obatan ini digunakan untuk melengkapi pengobatan terapi diatas.
Pengobatan ini ditujukan untuk meyembuhkan dampak dari fobia itu sendiri,
seperti perasaan gelisah. Obat yang biasa digunakan adalah Antidepresan, obat
penenang, dan beta – blocker. Obat – obat ini hanya boleh digunakan untuk
proses penyembuhan fobia.
Umumnya
penderita fobia memiliki rasa takut yang tidak beralaskan pada suatu situasi
atau barang. Bahkan terkadang mereka takut pada hal – hal yang sangat penting
bagi kelangsungan hidup mereka. Misalnya saja pengidap Hygrophobia. Fobia
ini menyebabkan seseorang takut berhadapan, atau kontak langsung dengan cairan.
Lalu pertanyaannya bagaimanakah selama ini mereka minum? Fobia sejenis ini
tentu sangat berbahaya, bahkan bisa mangakibatkan kematian bila tidak segera diatasi.
Bagaimana
pendapat masyarakat Indonesia tentang fenomena fobia yang munkin pernah terjadi
diantara mereka? Indonesia merupakan salah satu negara yang sering menglami
bancana alam. Bancana ini dapat meninggalkan berbagai kerusakan dan kehilangan
bagi korbannya, tetapi yang lebih parah adalah tertinggalnya bekas traumatis
yang dapat menimbulkan gejala fobia. Tentu ini sangat mengkhawatirkan, selain
karena fobia yang merepotkan juga barangkali adanya krisis dukungan untuk si
pengidap fobia dari orang – orang terdekatnya.
Tidak
dapat kita pungkiri bahwa kita pasti memiliki ketakutan terhadap sesuatu. Tapi
apakah ketakutan itu sudah dapat disebut fobia? Jika ketakutan yang kita
rasakan masih sewajarnya dan beralasan itu bukanlah termasuk fobia. Sebenarnya
ketakutan yang kita rasakan hanya sebatas rasa tidak suka terhadap sesuatu yang
membuat kita selalu ingin menjauhinya.
Anak
– anak pada usia sekolah merupakan objek yang sangat berpotensi terjangkit
fobia. Fobia pada anak – anak dapat terjadi karena adanya ketidakharmonisan
keluarga. Perkembangan anak yang tidak didampingi oleh keharmonisan dan
perhatian orangtua dan keluarga dapat menyebabkan perkembangan mental anak
tidak berkembang dengan baik. Pergaulan anak yang belum tentu berada dalam
“jalur” yang aman, dapat pula mempengaruhi perkembangan mental anak. Ini dapat
menyebabkan stres usia muda pada anak yang kemudian bisa berubah menjadi fobia.
Setelah
anak mengalami fobia otomatis orangtua akan kebingungan dengan apa yang terjadi
pada anak mereka. Fobia bukan masalah yang mudah untuk diselesaikan. Butuh
waktu yang lama untuk melekukan penyembuhannya. Dalam masa pemulihan ini
anaklah yang akan merasakan kesulitan dalam menghadapi lingkungan sosialnya.
Dimana ia harus hidup ditengah – tengah masyarakat dengan perasaan takut yang
selalu mengikutinya.
Dukungan
keluarga dan orang terdekat sangatlah penting artinya bagi penderita fobia. Ini
akan menjadi pendorong semangat bagi penderita untuk berusaha sedikit demi
sedikit menghilangkan rasa takutnya. Kemampuan dalam diri sendiri untuk sembuh
juga sangat diperlukan, karena dibutuhkan kemauan untuk memulai semuanya.
Jadi
sudah jelas sekarang, bahwa fobia bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Fobia
hanyalah salah satu gejala psikis yang dapat dihilangkan tetapi dalam
pengobatannya membutuhkan waktu yang lama dan butuh kesabaran. Fobia bukanlah
penyakit menular sehingga penderita fobia tidak harus dijauhi atau dibully
melainkan harus di dukung agar semangat dalam melawan ketakutannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar