Jumat, 15 November 2013

Waspada Penggunaan Formalin Pada Makanan

Teman – teman pasti sudah sering mendengar istilah bahan pengawet seperti formalin dan boraks kerap ditemukan dalam beberapa panganan yang sudah akrab di telinga kita. Misalnya jajanan pasar yang sering kita konsumsi, tentu kita tidak tahu apa yang terkandung dalam jajanan enak  nan menggoda ini.
            Hati – hati kawan karena tidak semua pedagang berlaku jujur dalam menjajakan barang dangannya. Sudah banyak oknum pedagang yang tertangkap bertindak curang dengan menambahkan bahan – bahan non pangan di bahan dagannnya. Tentu ini membuat kita resah bukan?
            Salah satu bahan non pangan yang banyak ditemukan penyalahgunaanya adalah formalin. Formalin biasanya banyak disalahgunakan untuk mengawetkan makanan seperti tahu, ikan, mi basah, dll. Bayangkan saja formalin yang wajarnya digunakan untuk mengawetkan jenazah dan membasmi hama dicampurkan kedalam makanan yang tanpa kita sadari di konsumsi dalam jangka waktu yang lama.
            Formalin dalam dunia kedokteran dikenal dengan nama formaldehida (HCHO). Biasanya dipasarkan dalam bentuk cair dan tablet dengan ruang lingkup perdagangan yang dibatasi. Formalin pada umumnya mengandung 30 – 40% formaldehid dalam pelarut air dan mengandung 10% metanol. Dalam kehidupan sehari – hari biasa digunakan untuk mengawetkan  serangga, hewan kecil, organ manusia (hasil otopsi), bahkan untuk mengawetkan mayat. Selain itu formalin dalam bidang kecantikan digunakan sebagai bahan deodoran dan anti hidrolik (penghambat keringat). Formalin juga banyak digunakan pada industri tekstil dan plastik.
            Tahu gak kawan? Formalin yang masuk dalam tubuh kita dalam jumlah yang tidak dapat di netralisir oleh tubuh lambat laun akan menyebakan resiko kanker. Mengerikan bukan? bukan hanya itu, masih banyak bahaya yang ditimbulkan dari mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin.
            Formalin di udara terbuka dapat mengeluarkan bau tajam yang menyesakkan, merangsang tenggorokan, hidung, dan mata. Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan, bagi tubuh manusia diketahui sebagi zat beracun, karsinogen (menyebabkan kanker), mutagen yang menyebabkan perubahan sel dan jaringan tubuh, korosif dan iritatif. Orang yang mengkonsumsinya hingga pada fase ankut akan muntah darah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebakan adanya kegagalan peredaran darah.
            Uap formalin sendiri sangat berbahaya jika terhirup oleh saluran pernapasan dan juga sangat berbahaya dan iritatif jika tertelal manusia. Jika sampai tertelan, orang tersebut harus segera minumair sebanyak – banyaknya dan diminta memuntahkan isi lambungnya. Gangguan pada persarafan berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa, sulit berkonsentrasi juga tidak dapat dihindari, pada wanita akan menyebabkan gangguan menstruasi dan fertilisasi. Penggunaan formali jangka panjang dapat menyebabkan kaner mulut dan tenggorokan. Pada penelitian binatang, dapat menyebabkan kanker kulit dan paru.
            Formalin disamping masuk melalui alat pencernaan dan pernapasan, juga dapat diserap oleh kulit. Formalin memiliki sifat beracun dan dapat merusak saraf tubuh manusia dalam dosis tertentu.
            Kendala yang sangat mendasar dalam menghindari makanan yang mengandung formalin adalah sulitnyanya membedakan produk makanan yang mengandung formalin dan tidak. Selain itu dari pihak produsen, ketidak tahuan akan bahaya formalin dalam tubuh juga merupakan salah satu masalah yang harus segera mendapat pemecahan.
            Sosialisasi yang intensif juga sangat diperlukan, disini peran pemerintah dan masyarakat sangatlah penting untuk keberhasilan sosialisasi. Dalam sosialisasi ini diharapkan instansi terkait juga melakukan pengawasan secara intensif tentang penyebaran bahan non pangan yang berbahaya semacam formalin yang semakin bebas penyebarannya.
            Bagi kita orang awam, munkin agak sulit untuk mengetahui sebeberapa kadar formalin yang ada dalam suatu jenis makanan, namaun karena besarnya bahaya yang ditimbulkan oleh formalin, perlu kiranya kita mengetahui ciri – ciri makanan  yang mengandung formalin.
            Untuk menguji ada atau tidaknya kandungan formalin pada makanan, kita dapat menggunakan kertasa indikator pada rendaman makanan tersebut. Kertas indikator ini dapat kita peroleh di apotek atau toko obat, bila kertas indikator itu kemudian berubah warna setelah dicelupkan kedalam rendaman, maka bisa dipastikan makanan tersebut menggunak formalin. Lalu bagaimana jika kita tidak sempat menguji? Sementara di depan kuta ada makanan yang meragukan? Berikut beberapa ciri makanana yamg memeiliki kandungan formalin.
Ikan     :
1.      Berwarna putih bersih dan dagingnya kenyal
2.      Insang tidak berwarna merah segar melainkan merah tua
3.      Pada suhu 25o bisa tahan hingga beberapa hari. Sebagai uju sederhana, coba suguhkan ikan pada kucing. Bila kucing tidak mau memakan bahkan pergi, itu pertanda ikan yang anda beli mengandung formalin atau bahan berbahaya lainnya.
4.      Tidak ada bau amis ikan, melainkan bau menyengat khas formalin
Ayam potong  :
1.      Berwarna putih bersih
2.      Pada suhu kamar bisa awet hingga beberapa hari
Tahu    :
1.      Memeiliki bentuk yang sangat bagus dan kenyal
2.      Tekstur sangat halus dan tidak mudah hancur
3.      Bau cuckup menyengat serta aroma khas kedelai sudah tidak begitu terasa lagi.
Sebenarnya ada beberapa jenis makanan lagi yang biasa ditambah formalin. Namun ciri –ciri diatas sudah cukup untuk acuan apakah makanan itu mengandung formalin atau tidak.

Jika kita ragu untuk membeli makan di luar, maka lebih baik kita membuat makanan sendiri agar lebih terjamin dan baik kualitasnya, sehingga kita juga tenang untuk mengkonsumsinya.

Kamis, 14 November 2013

FOBIA

Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada suatu hal atau fenomena. Fobia ini tentu saja sangat mengganggu kegiatan sosialisasi kita sehari – hari. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap fobia sulit untuk dimengerti, ini membuat sang penderita menjadi bulan – bulanan orang di sekitarnya. Ada perbedaan “bahasa” yang digunakan oleh si pengidap dan si pengamat fobia. Pengamat fobia biasanya menggunakan bahasa logika sedangkan pengidap fobia lebih dominan menggunakan bahasa rasa. Misalnya saja, lucu bagi seorang pengamat bila ada seseorang berbadan besar takut pada hewan kecil seperti tikus atau kecoa. Sedangkan bagi pengidap fobia dalam pandangannya hal itu menjadi sangat besar, berwarna, dan sangat menjijikkan ataupun menakutkan.
            Walaupun ada banyak jenis fobia tapi pada dasarnya fobia – fobia tersebut merupakan bagian dari 3 jenis fobia, yang menurut buku DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder IV) ketiga jenis phobia itu adalah:
1.      Fobia sederhana atau spesifik (fobia terhadap suatu objek atau keadaan tertentu) seperti pada binatang, tempat tertutup, dan ketinggian.
2.      Fobia social (fobia terhadap suatu pemaparan social) seperti takut menjadi pusat perhatian, biasanya orang – orang yang menghindari tempat ramai.
3.      Fobia kompleks (fobia terhadap tempat atau situasi yang ramai dan terbuka misalnya di pasar atau mall, biasanya ini adalah orang – orang yang takut keluar rumah.
            Fobia dapat disebabkan oleh bermacam hal. Pada umumnya fobia disebabkan karena pernah menglami rasa ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai rasa malu atau bersalah yang semuanya ditekan kedalam alam bawah sadar atau hanya disimpan dalam hati dan tidak diceritakan pada orang lain. Sebagian besar peristiwa traumatis pada masa kecil merupakan penyebab utama timbulnya fobia.
            Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli fobia terkadang dapat disebabkan oleh faktor keturunan, lingkungan, dan budaya. Pertumbuhan mobilisasi yang meningkat drastis seiring berkembangnya zaman tidak dibarengi dengan sosialisasi dalam lingkungan masyarakat yang memadai, sehingga perkembangan anak tidak terawasi, hingga acapkali terjadi peristiwa yang tidak  diinginkan tanpa sepengetahuan orang tua.
            Ketika seseorang berada dalam situasi atau bertemu dengan hal yang membuat fobianya kambuh, dapat memunculkan gejala – gejala seperti jantung berdebar kencang, kesulitan mengatur napas, dada terasa sakit, wajah memerah dan berkeringat, merasa sakit, gemetar, pusing, mulut terasa kering, merasa perlu ke  toilet, merasa lelah dan akhirnya pingsan. Tentu ini sangat menyusahkan bila terjadi pada waktu – waktu yang tidak tepat, misalnya pada acara – acara penting tidak lucu bila kita pingsan hanya karena bertemu dengan seekor kecoa.
            Biasanya penyembuhan fobia dilakukan dengan cara terapi, ada dua jenis terapi yang dilakukan untuk penyembuhan fobia, yaitu terapi bicara dan terapi pemaparan diri.Jenis terapi bicara yang bisa digunakan adalah konseling, psikoterapi, dan terapi perilaku kognitif. Dalam konsenling biasanya konselor akan mendengarkan permasalah seseorang, seperti ketakutannya saat berhadapan dengan situasi atau barang yang membuatnya fobia. Setelah itu konselor akan memberitahu cara untuk mengatasinya.
            Pada terapai psikoterapi, psikoterapis akan melakukan pendekatan secara mendalam untuk menemukan penyebab fobia dan memberikasn saran bagaimana cara – cara yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Sedangkan untuk terapi perilaku kognitif adalah suatu konseling yang akan menggali pikiran, perasaan dan perilaku seseorang dalam rangka mengembangkan cara – cara praktis yang efektif untuk melawan fobia.
            Terapi kedua yaitu terapi pemaparan diri. Orang yamg mengalami fobia sederhana bisa diobati dengan menggunakan bentuk terapi perilaku yang dikenal dengan terapi pemaparan diri. Terapi ini dilakukan secara bertahap selama periode waktu tertentu dengan melibatkan objek atau situasi yang membuatnya takut. Secara perlahan-lahan seseorang akan mulai merasa tidak cemas atau takut lagi terhadap hal tersebut. Kadang-kadang dikombinasikan dengan pengobatan dan terapi perilaku.
            Selain kedua terapi diatas ada satu pengobatan lagi yang digunakan agar penyembuhan fobia bisa berhasil total yaitu pengobatan menggunakan obat – obatan medis. Obat – obatan ini digunakan untuk melengkapi pengobatan terapi diatas. Pengobatan ini ditujukan untuk meyembuhkan dampak dari fobia itu sendiri, seperti perasaan gelisah. Obat yang biasa digunakan adalah Antidepresan, obat penenang, dan beta – blocker. Obat – obat ini hanya boleh digunakan untuk proses penyembuhan fobia.
            Umumnya penderita fobia memiliki rasa takut yang tidak beralaskan pada suatu situasi atau barang. Bahkan terkadang mereka takut pada hal – hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka. Misalnya saja pengidap Hygrophobia. Fobia ini menyebabkan seseorang takut berhadapan, atau kontak langsung dengan cairan. Lalu pertanyaannya bagaimanakah selama ini mereka minum? Fobia sejenis ini tentu sangat berbahaya, bahkan bisa mangakibatkan kematian bila tidak segera diatasi.
            Bagaimana pendapat masyarakat Indonesia tentang fenomena fobia yang munkin pernah terjadi diantara mereka? Indonesia merupakan salah satu negara yang sering menglami bancana alam. Bancana ini dapat meninggalkan berbagai kerusakan dan kehilangan bagi korbannya, tetapi yang lebih parah adalah tertinggalnya bekas traumatis yang dapat menimbulkan gejala fobia. Tentu ini sangat mengkhawatirkan, selain karena fobia yang merepotkan juga barangkali adanya krisis dukungan untuk si pengidap fobia dari orang – orang terdekatnya.
            Tidak dapat kita pungkiri bahwa kita pasti memiliki ketakutan terhadap sesuatu. Tapi apakah ketakutan itu sudah dapat disebut fobia? Jika ketakutan yang kita rasakan masih sewajarnya dan beralasan itu bukanlah termasuk fobia. Sebenarnya ketakutan yang kita rasakan hanya sebatas rasa tidak suka terhadap sesuatu yang membuat kita selalu ingin menjauhinya.
            Anak – anak pada usia sekolah merupakan objek yang sangat berpotensi terjangkit fobia. Fobia pada anak – anak dapat terjadi karena adanya ketidakharmonisan keluarga. Perkembangan anak yang tidak didampingi oleh keharmonisan dan perhatian orangtua dan keluarga dapat menyebabkan perkembangan mental anak tidak berkembang dengan baik. Pergaulan anak yang belum tentu berada dalam “jalur” yang aman, dapat pula mempengaruhi perkembangan mental anak. Ini dapat menyebabkan stres usia muda pada anak yang kemudian bisa berubah menjadi fobia.          
            Setelah anak mengalami fobia otomatis orangtua akan kebingungan dengan apa yang terjadi pada anak mereka. Fobia bukan masalah yang mudah untuk diselesaikan. Butuh waktu yang lama untuk melekukan penyembuhannya. Dalam masa pemulihan ini anaklah yang akan merasakan kesulitan dalam menghadapi lingkungan sosialnya. Dimana ia harus hidup ditengah – tengah masyarakat dengan perasaan takut yang selalu mengikutinya.
            Dukungan keluarga dan orang terdekat sangatlah penting artinya bagi penderita fobia. Ini akan menjadi pendorong semangat bagi penderita untuk berusaha sedikit demi sedikit menghilangkan rasa takutnya. Kemampuan dalam diri sendiri untuk sembuh juga sangat diperlukan, karena dibutuhkan kemauan untuk memulai semuanya.
            Jadi sudah jelas sekarang, bahwa fobia bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Fobia hanyalah salah satu gejala psikis yang dapat dihilangkan tetapi dalam pengobatannya membutuhkan waktu yang lama dan butuh kesabaran. Fobia bukanlah penyakit menular sehingga penderita fobia tidak harus dijauhi atau dibully melainkan harus di dukung agar semangat dalam melawan ketakutannya. 

Tayangan Sehat bagi Remaja

Di era moderen ini tayangan televisi semakin beragam, dari tayangan yang bersifat ringan dan menghibur, hingga tayangan yang bersifat mendidik. Tapi diantara banyaknya tanyangan, ada sebagian tanyangan yang harus kita pertimbangkan untuk kita konsumsi. tayangan – tanyangan televisi yang tidak bersifat mendidik bahkan mengandung unsur kekerasan dan dewasa.
            Sebenarnya di setiap tayangan televisi yang kita saksikan pasti ada pemberitahuan batasan umur saat menonton tayangan tersebut. Tapi terkadang kita mengabaikan larangan itu dan berpikir bahwa sah – sah saja kita menyaksikan tayangan tersebut. Pemikiran seperti itu dapat memberikan dampak di kemudian hari. Kini banyak remaja – remaja yang mengikuti hal – hal yang tidak patut ditiru dalam suatu tayangan televisi, bahkan ada yang sampai berakibat fatal. Pembatasan umur tayangan televisi seharusnya dapat meminimalisir terjadinya hal – hal negatif pada konsumennya, tapi tidak banyak yang dapat dilakukan saat para remaja tidak bisa dikontrol dalam menyaksikan tayangan televisi.
Jika kita bisa memilah tontonan mana yang pantas bagi umur kita, tayangan televisi dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi kita. Banyaknya  informasi yang bisa kita dapatkan dengan akses yang mudah membuat televisi dapat menjadi akses pembelajaran yang baik. Tak jarang beberapa saluran televisi nasional dan swasta yang membuat acara khusus untuk pembelajaran para siswa dari tingkat SD hingga SMA.
Tayanan –tayangan tersebut dapat digunakan sebagai contoh tayangan yang sehat. Tidak perlu cara khusus untuk menentukan tayangan mana yang sehat dan tidak sehat.Sebagai remaja pasti kita tahu mana yang baik dan buruk. Hanya perlu kesadaran diri untuk melaksanakannya.Bimbingan orang tua dalam membatasi tayangan yang disaksikan oleh anak – anak mereka sangat diperlukan dalam pemilihan tayangan sehat.
Tidak hanya tayangan yang bersifat mendidik yang dibutuhkan remaja, tayangan yang bersifat hiburan juga sangat diperlukan. Tayangan seperti ini sangat penting untuk mengurangi kadar stress seorang remaja yang biasanya di penuhi dengan masalah – masalah pribadi, lingkungan, dan sekolah yang begitu membelit. Tayangan ini setidaknya dapat menghibur keadaan psikis mereka.
Orang remaja yang biasanya sedang menggandrungi artis idola pasti akan mengikuti segala acara televisi yang menampilkan idolanya. Tapi tak jarang acara tersebut ada yang mendidik dan ada yang tidak pantas untuk disaksikan oleh orang seumuran remaja. Selain artis idola acara tentang cinta juga sangat di sukai oleh remaja yang notabennya anak baru gede  dan sedang mencari tahu hal baru. Tayangan yang menampilkan adegan – adegan yang tidak senonoh dapat meracuni pikiran remaja dan menumbuhkan rasa ingin tahu dan mencoba yang begitu besar bagi remaja.
            Penayangan acara televisi juga harusnya dapat ditempatkan pada waktu yang tepat. Misalnya acara – acara yang mengandung unsur kekerasan harusnya di tayangkan pada waktu hanpir tengah malam dimana sebagian besar anak – anak sudah dalam situasi tidur lelap.

            Lembaga – lembaga sensor juga bertanggung jawab besar dalam menyortir tayangan – tayangan yang sehat bagi penikmatnya. Agar tidak terjadi hal – hal fatal akibat tayangan televisi yang tiodak sehat, dan menjadikan televisi sebagai  sumber informasi yang bermanfaat bagi remaja.